Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Malam minggu Badai di Ukir Negoro, Sirah Kencong

Ukir Negoro Perkebunan Sirah Kencong. Koleksi Pribadi A.WIdayanti Ukir Negoro adalah nama tempat yang tidak asing di kalangan pemetik teh di perkebunan teh Sirah Kencong. Para pendaki gunung yang sudah ke Gunung Butak via Sirah Kencong juga pasti tau tempat ini. Tidak jauh dari rumahku, karena hanya beda dusun saja. Kata emakku dahulu Berak Papat adalah salah satu pos untuk menimbang pucuk teh yang sudah didapat oleh pemetik, tidak tahu kalau sekarang. Terletak di dusun Sirah Kencong, desa Ngadirenggo membuat bangga rasanya jadi bagian dari wilayah yang kini semakin ramai didatangi wisatawan. Sudah direncanakan minggu sebelum berangkat, saat harinya tiba cuaca mendadak berubah. Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi, eh bukan siang mulai mendung. Aku dan teman-teman sepakat tetap bersiap, jika hujan ya gak jadi berangkat. Akhirnya tetap berangkat sementara cuaca mendung, berempat ciwi ciwi di emong mas Heri. Sedangkan Rio dan Dodik menyusul, masih menunggu Bagus pulang kerja

Pendakian Gunung Semeru: Menuju Kalimati dan Puncak Mahameru 3676 MdPL

Gunung Semeru dari Jamban Kalimati Setelah selesai sarapan, dengan proses dua kali menanak nasi (pertama hasilku menasak nasinya keras haha). Kami berkemas, melanjutkan perjalanan ke camp area kedua yaitu di Kalimati. Tanjakan Cinta Pertama yang dilewati adalah tanjakan cinta. Yang konon bila kita melewati tanjakan itu tanpa menoleh ke belakang dan dengan memikirkan seseorang maka itu akan terwujud. Terlepas dari benar dan tidaknya, mumpung lewat kan ya aku coba aja. Tapi yamg terjadi malah tidak memikirkan orang yang dituju tapi malah," Jangan noleh, jangan menoleh! Dikit lagi nyampe atas!" Gagal fokus cuy! Nggak tau kalau yang lain gimana. Sampai di atas pemandangannya beuh, subhanallah! Sayangnya gak sempet mengabadikan pemandangan. Pas baliknya, sekalinya berkesempatan motret cuaca berkabut. Kami rehat sejenak, dengan kondisi perut kram rasanya langsung merem trus pas melek udah di rumah, di atas kasur guling-guling. Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta Ce

Camping Seru di Puncak Sekawan Blitar

Foto Pencitraan Setelah ikut pendakian Gunung Semeru hubunganku dengan teman se dusun semakin solid. Di bulan november saat itu diketahui ada agenda camping bareng di Puncak Sekawan, tempatnya di desa Semen kecamatan Gandusari kabupaten Blitar. Tidak jauh sekitar 13km atau 33 menit dari pusat kota Wlingi. Dalam benak, ada tempat baru ya rupanya. Gimana ya tempatnya? Aku antusias sekali. Kebetulan kakakku juga pulang dari Surabaya, aku ajak sekalian biar ramai. Acara hampir gagal karena malam minggu itu hujan lebat. Mungkin banyak jomblo yang berdoa. Sampai malam datang hujan masih mengguyur. Kami belum juga berangkat karena hujan dan rumah yang cukup dekat. Sekitar jam 8 hujan reda. Acara di sana tetap berlangsung karena banyak teman yang dari Malang sudah sampai lokasi. Menuju Lokasi Dari arah Malang bisa langsung menuju Pasar Wlingi lalu ke utara menuju lampu merah, sedangkan dari arah Blitar Kota bisa lewat pertigaan RS. Ngudi Waluyo terus ke utara sampai ketemu lampu m

Pendakian Gunung Semeru: Perjalanan Menuju Ranukumbolo

Usai briefing, sebelum memulai pendakian kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Awalnya mau makan bakso tapi berubah pikiran dan memilih makan nasi dengan sayur selera masing-masing. Saat itu aku memesan nasi rawon minumnya teh anget di warung yang aku lupa namanya. Matahari mulai meninggi di Ranukumbolo (diambil ketika keesokan harianya setelah perjalanan di tulisan ini) Selesai, berangkat di sore yang tanggung. Dalam hati ingin ku berfoto di gerbang pendakian tapi apa daya sedang perbaikan. Kondisi jalan basah tidak becek. Karena sudah masuk musim hujan hanya dalam hatiku terus berdoa semoga tidak turun hujan sampai pulang. Gerbang di copot, ada pembangunan gerbang baru (In frame mas Heri, mau kenalan boleh hubungi via contact :D ) Setelah gerbang beberapa puluh meter jalan agak menanjak. Walaupun aku pakai ransel daypack tapi apel yang dibeli langsung dari kebun saat perjalanan menuju ranu pani aku bawa. Dodik melihat aku keberatan dan mencoba menenteng tasku bera

Menikmati Akhir Pekan di Pantai Pangi

Pantai Pangi di Siang menuju Sore Rindu macam apa yang tak pernah bertemu? Sungguh aku sangat merindukan pantai yang terletak di desa Tumpakkepuh, Bakung, Blitar, 32km dari pusat kota ini. Rute searah dengan pantai Tambakrejo, sampai di pertigaan belok menuju arah Monumen Trisula ikuti saja petunjuk untuk ke Pantai Pangi, ada petunjuk arah atau kalau bingung bisa tanya warga sekitar. Dulu sebelum diresmikan aku pernah mengunjunginya. Sudah ada tempat parkirnya di atas sebelum sungai dan belum ada jalan menuju langsung ke pantai (mungkin ada tapi sangat susah), hanya Rp2.000 dan belum ada biaya masuk. Pengunjung juga masih sepi, hanya beberapa kelompok. Penjual makanan juga masih di atas, di area parkir, ada juga di dekat pantai masih satu dua penjual. Ketika itu akhir tahun 2014. Mbak Okim Menemukan Sesuatu untuk Penyangga HP (foto di Desember 2014) Sedangkan beberapa waktu lalu aku bermain dengan teman dekat yang sudah setengah tahun tak ketemu. Dengan si Merah (motorku)

Pendakian Gunung Semeru: Menuju Ranupani

Berawal dari ucapan tak sengaja, bermaksud menanggapi informasi dari teman sepermainan singkat waktu SD, Dodik. Waktu itu sekitar awal menuju pertengahan bulan Agustus aku bersepeda dari rumah bulik, pulang melewati depan rumah Dodik. Walau satu dusun setelah lulus SD aku tak lagi pernah bercakap-cakap apa lagi bermain dengannya. Tak seperti biasanya, aku lupa apa sebabnya aku berhenti di depan rumahnya. Yang jelas di tepi jalan. Lalu ngobrol hingga keluar dari mulut Dodik kalau ada rencana mendaki ke Gunung Semeru bersama mas Heri, sebaya kakakku. Masih sebatas kabar burung tapi aku menyambutnya dengan ketertarikan ingin ikut kalau ada teman perempuannya. Di lain kesempatan aku bertemu mas Heri di bengkel dengan ragu ku beranikan bertanya tentang rencana itu. Katanya sekitar akhir Agustus. Minggu berganti minggu Agustus pun sudah terlewati. Pendakian belum ketemu kesepakatan. Karena ini ajakan teman mas Heri, Juna. Di tinggal di Blimbing, Malang. Yang ternyata rencana pen

Mengusir Jenuh di Pantai Tambakrejo dan Pasetran Gondo Mayit

Setiap orang punya masalah, jika tidak mungkin sudah mati rasa. Hanya saja ada yang mengekspresikan dan yang lain mampu menyembunyikan. Bukan, ini bukan tentang wejangan bagaimana menyikapi masalah. Ini adalah cerita perjalanan berlibur disela rutinitas yang menjemukan. Pantai Tambak Rejo Pantai Tambakrejo adalah pantai terbesar dan paling terkenal di Kabupaten Blitar. Terletak di desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto ditempuh sekitar satu jam dari kota Blitar. Akses sangat mudah selain ada rambu-rambu juga jalannya yang mudah, sudah aspal sampai bibir pantai. Kuliner dan Oleh-oleh dari Pantai Tambak Rejo Untuk yang suka kulineran tak perlu takut kelaparan, banyak sekali penjual, tinggal pilih. Bisa memilih ikan asap untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Baju dari anak-anak sampai dewasa juga banyak pedagangnya. Bahkan waktu itu ada pedagang tahu bulat digoreng lima ratusan. Fasilitas di Pantai Tambakrejo Kamar mandi? Tak perlu takut ngompol sampai-sampai main air hanya

Bermalam Minggu di Ranu Kumbolo

Ini adalah tulisan yang sangat terlambat kalau teman-teman di instagram sering sebut latepost. Tapi enggak deng, tidak ada kata terlambat untuk menulis dan ditulis. Pernah lihat film 5 CM? Tampaknya aku korban film itu. Tapi tak serta merta setelah nonton film lalu berangkat ke sana. Film itu tahun 2012 sedangkan aku baru berkesempatan ke Ranu Kumbolo tahun 2015. Cukup lama untuk penanggulangan korban. Ini Candu Tidak punya teman yang suka mendaki, ada sebenarnya tapi tidak ada keinginan untuk mengajak aku. Karena memang bukan teman dekat. Aku hanya berbicara dengan diri sendiri,"Kapan bisa ke Puncak Mahameru ya?!" dalam hati. Akhirnya sekitar bulan Juli aku lupa tanggalnya ada barengan dari satu wilayah. Kenalan dari facebook yang ternyata bekerja di BPBD Blitar, yang kantornya 7 km-an dari rumahku. Masih sekecamatan, kecamatan Wlingi. Namanya Eko, tapi orang dan dia sering memperkenalkan diri sebagai Balor. Aku juga tidak paham apa artinya. Ternyata dia juga ng