Berawal dari ucapan tak sengaja, bermaksud menanggapi
informasi dari teman sepermainan singkat waktu SD, Dodik. Waktu itu sekitar awal
menuju pertengahan bulan Agustus aku bersepeda dari rumah bulik, pulang melewati
depan rumah Dodik.
Walau satu dusun setelah lulus SD aku tak lagi pernah bercakap-cakap
apa lagi bermain dengannya. Tak seperti biasanya, aku lupa apa sebabnya aku
berhenti di depan rumahnya. Yang jelas di tepi jalan. Lalu ngobrol hingga keluar
dari mulut Dodik kalau ada rencana mendaki ke Gunung Semeru bersama mas Heri,
sebaya kakakku. Masih sebatas kabar burung tapi aku menyambutnya dengan
ketertarikan ingin ikut kalau ada teman perempuannya.
Di lain kesempatan aku bertemu mas Heri di bengkel
dengan ragu ku beranikan bertanya tentang rencana itu. Katanya sekitar akhir
Agustus.
Minggu berganti minggu Agustus pun sudah terlewati. Pendakian
belum ketemu kesepakatan. Karena ini ajakan teman mas Heri, Juna. Di tinggal di
Blimbing, Malang. Yang ternyata rencana pendaikan ini ajakan dari teman
dekatnya Juna, Silvi dalam rangka kelulusannya. Nggak taunya orang Garum. Yang
batinku dia orang Malang juga.
Tak tau pasti alasanya ditunda, akhirnya ketemu
tanggalnya 2,3,4 Oktober 2017. Memang musim hujan, tapi waktu itu hujan tak
merata. Blitar hujan lebat, Malang terang benderang.
Aku dan dan teman-teman sedesa awalnya cuma berlima
tapi Dwi dan Rio yang ragu-ragu akhirnya ikut berangkat. Tanggal satu sore yang
mendung kami bertujuh berangkat menuju rumah Juna. Mas Heri, Dodik, Aku, Luki,
Catur, Dwi dan Rio. Itu yang ikut fix melakukan pendakian. Galih dan Bagus tak
bisa ikut karena ada jam kuliah tapi berangkat bersama menuju Malang. Sedankan
di hari yang sama dan waktu yang berbeda Silvi berangkat juga menuju rumah
Juna.
Kami semua sudah booking tiket dan membayar melalui transfer
bank. Setidaknya 7 hari sebelum pendakian sesuai aturan yang baru. Hanya perlu
membawa berkas seperti fotokopi KTP dan surat pernyataan dokter hasil tes
kesehatan.
Berangkat sekitar jam 9 pagi bersembilan menuju
Ranupani, dari Blimbing lewat Tumpang, Malang. Bebeda dengan perjalanan waktu Bermalam
Minggu di Ranu Kumbolo satu lemari aku bawa, aku kini malah bawa
daypack bukan karier. Belajar dari pengalaman, menghindari kesungkanan dan mewujudkan
kebahagiaan saat perjalanan.
Saat melewati area perkebunan apel kami berhenti, menanti
yang jauh dari rombongan. Di depan ada sekelompok petani, entah petani atau
buruh petik, tapi aku yakin mereka petaninya, kami memutuskan membeli Rp15.000.
Tidak ditimbang karena mereka baru panen dapat banyak. Segar rasanya, segar di tenggorokan
segar di kantong. Yang di belakang belum juga kelihatan, akhirnya kami putuskan
untuk menanti di pos gerbang masuknya TNBTS.
Istirahat Harus Tetap Keren |
Kembali pada perkiraan awal, parkiran di sebelah
lapangan dan benar mereka duduk menanti kami. Setelah siap-siap lanjut
melengkapi registrasi dan briefing. Sekarang sepidol dan sejenisnya untuk
menulis salam tidak diperbolehkan karena banyak yang masih tidak bertanggung
jawab. Tisu basah juga tidak boleh, untuk urusan BAB, BAK juga membersihkan
peralatan makan memakai tisu kering yang dibasahi dengan air. Kata mas Heri
yang ngasih briefing mirip Chiko Jericco.
Papan Briefing Pendakian Gunung Semeru |
Sembari menunggu Juna menyerahkan berkas persyaratan
pendakian aku ada kucing, aku ajak main dia dan berfoto-foto. Ku ajak ngomong
seperti baisanya aku ketemu kucing.
Tulisannya terlalu panjang kalau di jadikan satu postingan jadi aku pisah per hari saja. Tunggu lanjutan ceritanya... Apabila ada kekeliruan informasi tolong sampakan di komentar ya ^_^
Comments
Post a Comment